Minggu, 27 Januari 2013

KERUSAKAN LINGKUNGAN: Tambang nikel Tojo Una-una ancam ekosistem


PALU: Rencana proyek pertambangan nikel seluas 7.414 hektare di Desa Podi Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, dinilai mengabaikan keberlanjutan ekosistem dan berpotensi memperparah kerusakan lingkungan yang sudah terjadi sebelumnya.
Andika, Manajer Riset Jaringan Advokasi Tambang Sulawesi Tengah mengatakan berdasarkan data tim konsultan tata ruang Tojo Una-Una tahun 2008 ditemukan perkiraan bahwa hingga tahun 2028, daerah hulu tepatnya di Pegunungan Podi terdapat titik rawan runtuh seluas 169, 84 hektare dengan potensi kuantitas reruntuhannya 509.520.000 meter kubik. “Sementara itu, potensi areal rawan banjir mencapai lebih dari 92, 62 hektare dengan titik lebar longsor 1,90 kilometer,” ujarnya, baru-baru ini.
Podi adalah kawasan langganan banjir bandang dengan kuantitas lumpur bawaan cukup tinggi yang terjadi setiap tahun mulai tahun 2003 dengan dampak diantaranya karena melebarnya bibir hilir sungai Podi.
Andika mengatakan penambangan yang dipaksakan di dalam hutan primer melanggar hukum dan melecehkan Instruksi Presiden. Menurutnya, kawasan hulu Podi terdapat Gunung Katopasa sebelah utara yang menghadap ke Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, telah mengalami erosi berkepanjangan.
Selain itu, daerah Podi merupakan jalur transportasi ekonomi paling penting yang menghubungkan antara Kabupaten Tojo dengan Banggai dan kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah. “Rencana pertambangan itu merupakan tindakan yang mengabaikan keselamatan manusia dan keberlanjutan ekosistem di wilayah tersebut. Keberadaan tambang di wilayah itu akan menambah beban kerusakan lingkungan meningkat secara berkala, sementara tingkat pemulihan pascatambang tidak ada yang terwujud. Ini akan menjadi masalah serius bagi masyarakat Tojo Una-Una di masa depan,” ungkapnya.
Di Sulawesi Tengah, saat ini marak dalam investasi tambang selain di Kabupaten Morowali yang memiliki ratusan kuasa pertambangan di Kabupaten Tojo Una-una juga menjadi salah satu daerah yang banyak dilirik investor untuk sektor pertambangan mulai dari nikel, bijih besi dan bahan tambang lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, bijih kerak, dan abu logam merupakan komoditas ekspor terbesar pada bulan Desember 2011 dengan nilai ekspor sebesar US$22,35 juta atau 48,28 % dari total nilai ekspor provinsi tersebut. Ekspor komoditas bijih kerak dan abu logam dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat disusul oleh komoditas kakao pada urutan kedua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar